Ayat 71 masih menjelaskan cara pandang Ahlul Kitab yang keliru. Mereka mengira, dengan berbagai dosa dan pembangkangan yang mereka lakukan, tidak akan mendapat azab dan bencana. Padahal bencana turun kepada mereka silih berganti. Namun hanya sedikit diantara mereka dapat mengambil pelajaran, karena kebanyakan mereka sudah buta dan pekak.
Ayat 72-76 menyoroti kekeliruan akidah Ahlul Kitab. Keyakinan mereka bahwa Isa menyatu dengan Allah (wihdatul wujud) adalah kekufuran. Padahal Nabi Isa menyeru mereka untuk menyembah Allah saja sebagai Tuhan Penciptanya dan juga mereka. Siapa saja yang menyekutukan Allah maka Allah mengharamkannya masuk surga dan akan masuk ke dalam neraka sebagai balasan dari perbuatan zalim (kemusyrikan) yang mereka lakukan.
Demikian juga telah kafir orang yang meyakini Allah itu Tuhan yang ketiga dari yang tiga (trinitas). Tuhan yang berhak disembah itu hanya satu. Kalau mereka tidak berhenti mengatakan hal yang demikian (trinitas), pasti mereka akan ditimpa azab yang pedih. Sebaiknya merelka bertobat kepada Allah dan meminta ampun pada-Nya, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Isa Al-Masih putra Maryam itu tidak lain dari seorang Rasul. Sebelum beliau sudah ada beberapa Rasul lainnya. Ibunda Maryam itu adalah wanita yang jujur dan benar keimanannya. Keduanya (Maryam dan Isa) sama-sama butuh makanan. Apakah tuhan perlu makanan? Isa dilahirkan tanpa bapak itu adalah salah satu tanda Kekuasaan dan Kebesaran Allah semata. Sama halnya sewaktu Allah menciptakan Adam langsung dari tanah, tanpa ada media manusia sedikitpun. Mengapa mereka bisa berpaling dari kebenaran.
Sebab itu tiada yang pantas menjadi Tuhan yang disembah dan ditaati selain Allah yang memberi manfaat dan menahan dari mudarat. Allah adalah Mahakuasa, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Ayat 77 memerintahkan Nabi Muhammad saw. agar mengingatkan Ahlul Kitab untuk tidak ghuluw (berlebihan) dalam memahami dan menga`malkan agama. Agama itu sudah ditetapkan Allah. Tidak perlu ditambah, dikurangi atau diubah-ubah. Perbuatan seperti itu hanya akan sebabkan kesesatan seperti yang terjadi pada umat terdahulu.
Ayat 78-82 menjelaskan beberapa perilaku buruk Ahlul Kitab berikut :
- Allah melaknat orang-orang kafir dari Bani Israil memalui lisan Dawud dan Isa ibnu Maryam sebabkan durhaka pada Allah dan raul mereka dan gaya hidup mereka yang melanggar sistem Allah dan ajaran rasul mereka.
- Mereka tidak mau melakukan nahi munkar yang dilakukan kalangan internal mereka. Terhadap kaum lain, seakan mereka manusia paling suci. Alangkah buruknya sikap seperti itu di sisi Allah.
- Kebanyakan mereka mengangkat orang-orang kafir sebagai sahabat dekat, pemimpin dan tempat memberikan loyalitas (wala’). Alangkah buruknya perilaku yang mereka miliki. Perilaku seperti itu hanya menuai kemurkaan Allah dan azab neraka di mana mereka kekal di dalamnya. Padahal, jika sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi Muhammad saw. dan kepada Al-Qur’an pasti mereka tidak akan menjadikan orang-orang kafir itu sebagi pemimpin dan pelindung. Semua itu mereka lakukan karena kebanyakan mereka fasik atau durhaka pada Allah.
- Allah mengabarkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan umatnya bahwa manusia yang paling keras permusuhannya pada kaum mukmin adalah orang-orang Yahudi dan musyrik. Sedangkan yang paling dekat persahabatannya dengan mereka adalah mereka yang mengatakan kami adalah Nasrani karena di antara mereka ada pendeta-pendeta dan tokoh agama (ruhban) yang tidak menyombongkan diri.
Subahanallah. Kebenaran poin 4 ini dapat kita saksikan hari ini, baik di negeri-negeri Islam seperti Indonesia dan sebagainya, maupun di Eropa dan Amerika. Di mana-mana, yang menjadi biang keladinya adalah Yahudi. Sebaliknya, tidak sedikit kaum Nasrani yang masuk Islam setelah mendengar atau membaca Al-Qur’an.