Ayat 118-122 menjelaskan tiga prinsip dasar yang harus diterapkan dalam kehidupan kaum Mukmin.
- Kejujuran iman adalah syarat meraih pemeliharaan dan kasih sayang Allah, seperti yang dialami oleh tiga Sahabat Rasul Saw. yang tidak ikut perang Tabuk, yakni Kaab Bin Malik, Murarah Bin Ar-Rabi’ Al-Amiri dan Hilal Bin Umayyah Al-Waqifi. Karena kejujuran imanlah mereka bisa bertahan menghadapi ujian dan taubat mereka diterima Allah. Sebab itu, Allah memerintahkan kaum Mukmin untuk selalu bertakwa kepada-Nya dan selalu bersama orang-orang jujur keimanannya.
- Kewajiban mengikuti jalan hidup Rasul Saw. kendati terasa sangat berat seperti berjihad di jalan Allah dan kewajiban mencintai Rasul Saw. melebihi kecintaan terhadap diri kita sendiri. Karena setiap masalah yang dihadapi akibat mengikuti langkah Rasul Saw. akan bernilai amal saleh di sisi Allah, seperti kehausan, kepayahan, kelaparan, menginjak suatu tempat yang membuat orang-orang kafir marah, menimpakan suatu bencana kepada orang-orang kafir, membelanjakan harta di jalan Allah, sekecil apapun bentuknya, dan melewati suatu lembah. Semua itu Allah catat sebagai amal saleh dan akan Alah balas dengan balasan yang paling baik dan sempurna.
- Kewajiban manajemen Sumber Daya Manusia Mukmin (SDMM). Allah mengajarkan kepada kaum Mukmin agar SDMM itu diarahkan kepada berbagai lapangan kehidupan, khususnya Jihad fi sabilillah dan menuntut ilmu Islam sampai mendalam. Maka sesuai kebutuhan sekarang, harus pula ada sekelompok dari kaum Mukmin itu yang mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu manajemen pemerintahan, ilmu ekonomi, bisnis dan sebagainya. Dengan demikian, umat Islam akan independen dalam kehidupan dan tidak akan membutuhkan kaum kafir, apalagi tergantung pada mereka. Begitulah generasi Islam pertama.
Ayat 123 menjelaskan kewajiban kaum Mukmin untuk memerangi orang-orang kafir yang membahayakan agama, kehidupan dan negeri mereka dan dimulai dari yang terdekat, seperti yang dilakukan Rasul Saw. dan diteruskan para Sahabat Beliau. Setelah Rasul Saw. menundukkan kaum Musyrikin Mekkah dengan Fathu Makkah, maka Rasul Saw. melakukan peperangan terhadap Ahlul Kitab Romawi, di Tabuk. Setelah Rasul Saw. wafat, diteruskan oleh Abu Bakar sampai dapat ditaklukkan. Setelah Abu Bakar wafat, Umar Ibnu Khaththab meneruskan sampai ke Persia dan begitulah seterusnya. Kemenangan demi kemenangan kaum Muslimin generasi pertama itu disebabkan ketakwaan mereka kepada Allah sehingga Allah selalu menolong mereka.
124-127 menjelaskan kembali sifat-sifat kaum munafiqin dan perbedaannya dengan kaum Mukminin, seperti turunnya ayat-ayat Al-Qur’an tidak menambah sedikit pun keimanan mereka. Sedangkan orang-orang Mukmin bertambah keimanan mereka dan menerima ayat-ayat tersebut dengan suka cita. Sebaliknya, mereka yang hatinya sakit (kaum munafiqin), turunnya ayat Al-Qur’an malah menambah kotor hati mereka dan mereka mati dalam kekafiran. Padahal mereka telah dicoba dalam setahun satu sampai dua kali, namun tetap saja mereka tidak bertobat, bahkan mereka semakin jauh dari Allah dan Rasul-Nya.
Ayat 128 dan 129 menjelaskan betapa besarnya cinta Rasul Saw. pada umatnya. Beliau merasakan beratnya penderitaan mereka, selalu menginginkan keselamatan bagi mereka dan sangat penyantun serta sayang pada mereka. Penolakan manusia kepada dakwah Islam, Beliau hadapi dengan penuh tawakal pada Allah; Pemilik ‘Arasy yang Agung.