Ayat 88-98 masih meneruskan kisah Nabi Musa dengan kaumnya dan menjelaskan betapa sulitnya Nabi Musa membina keimanan Bani Israil yang selamat bersamanya dari kejaran Fir’aun. Mereka tetap menyekutukan Allah dengan menyembah anak sapi yang diciptakan oleh arsitek kemusyrikan yang bernama Samiri. Ia bisa mendesain patung anak sapi yang bersuara. Teman-temannya tertipu, padahal patung itu tidak bisa menjawab ucapan mereka dan tidak pula bisa memberi manfaat atau mudarat kepada mereka sedikitpun.
Sebelumnya, Nabi Harun sudah menasehati mereka. Tapi, tidak mereka dengar. Musa sempat marah kepada Harun karena dianggap tidak tegas terhadap mereka. Lalu Musa menanya Samiri kenapa ia rekayasa tuhan anak sapi itu. Samiri mengatakan bahwa ia melihat Jibril waktu membinasakan Fir’aun dan mengambil segenggam tanah bekas kuda Musa, lalu dilemparkan ke dalam api yang sedang membakar perhiasan emas yang dibawa dari Mesir itu. Seperti itulah hawa nafsu Samiri menguasai dirinya. Lalu Musa mengusir Samiri dan akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu pada Allah kelak di akhirat. Musa membakar patung anak sapi itu dan membuang abunya ke laut.
Ayat 99-113 menjelaskan kisah-kisah nyata yang disebutkan dalam Al-Qur’an itu untuk dijadikan pelajaran dan Al-Qur’an itu sendiri adalah pelajaran dari Allah. Orang-orang yang tidak mau menjadikan Al-Qur’an sebagai pelajaran yang mengatur sistem kehidupan mereka di dunia, maka di akhirat mereka akan memikul dosanya selama-lamanya di dalam neraka dan mereka kekal di dalamnya. Setelah peristiwa kiamat, mereka yang membangkang kepada Allah akan dihimpunkan di mahsyar dalam keadaan buta. Sambil berbisik, mereka berkata bahwa kehidupan dunia terasa lebih kurang sehari saja.
Allah akan hancurkan semua yang ada di alam ini pada hari kiamat nanti. Pada hari itu semua makhluk tidak ada yang bisa bersuara. Tidak ada lagi rekomendasi kecuali atas izin Allah. Semua wajah manusia tunduk pada Allah yang Hidup dan Berdiri Sendiri. Gagallah orang-orang yang zalim dan musyrik. Orang yang beriman dan beramal saleh yang banyak dan didasari keimanan kepada Allah, mereka tidak takut dizalimi dan dikurangi haknya sedikitpun.
Al-Qur’an itu diturunkan Allah dengan bahasa Arab. Allah jelaskan di dalamnya berbagai ancaman-Nya agar manusia bertakwa kepada-Nya atau agar mereka menjadikannya pelajaran.
Sumber: Mushaf Tadabbur, Fathuddin Ja’far