Ayat 112-122 meneruskan kisah Nabi Nuh dengan kaumnya. Nuh menjelaskan pengikutnya itu mulia di mata Allah, kendati tidak memiliki harta yang banyak dan kedudukan yang tinggi di masyarakat, karena mereka beriman pada-Nya dan Rasul-Nya. Nuh tidak mungkin mengusir kaum yang sudah beriman kepadanya karena berharap kepada para pembesar kaumnya akan menjadi pengikutnya.
Melihat Nuh tidak henti-hentinya berdakwah, mereka bertekad untuk membunuhnya dengan cara dirajam. Lalu Nuh berdoa kepada Allah agar memutuskan perkaranya dengan kaumnya dan menyelamatkannya beserta pengikutnya yang Mukmin. Allah mengabulkan permintaan Nuh dan menyelamatkannya beserta para pengikutnya yang beriman dan menenggelamkan selain mereka. Peristiwa itu seharusnya menjadi pelajaran bagi manusia sesudah mereka. Sungguh demikian, Allah Mahaperkasa dan Maha Pengasih.
Ayat 123-136 menjelaskan kisah Nabi Hud dan kaum Ad yang kafir, tidak mau bertakwa pada Allah, tidak taat pada-Nya, pada Nuh, padahal Nabi Hud tidak mengutip bayaran apa pun dari mereka dan hanya berharap pahala dari Allah. Mereka malah membangun bangunan tinggi untuk kebanggaan diri serta istana-istana besar dengan harapan hidup kekal. Kalau menyiksa orang, mereka lakukan dengan kejam dan bengis.
Nabi Hud dengan gencar mengajak mereka bertakwa pada Allah dan taat pada-Nya yang telah meanganugerahkan berbagai kebutuhan mereka; binatang ternak, anak-anak, kebun-kebun dan mata air. Hud takut mereka ditimpa azab besar jika masih tetap membangkang padanya dan pada Allah. Mereka malah menjawabnya: Bagi kami, sama saja apakah diberi nasihat atau tidak, kami tidak akan beriman.