Ayat 184-191 meneruskan kisah kaum Nabi Syuaib yang curang dalam berjual beli dan tidak mau bertakwa kepada Allah yang menciptakan mereka dan manusia sebelum mereka. Mereka malah menuduh Syuaib terkena sihir dan pendusta, karena Syuaib hanya manusia seperti mereka. Mereka bahkan menantang Syuaib agar diturunkan potongan-potongan benda langit jika kerasulannya benar. Nabi Syuaib menyerahkan semua perbuatan mereka kepada Allah. Lalu Allah musnahkan mereka pada hari yang ditutupi awan gelap seperti badai. Sebenarnya peristiwa itu menjadi pelajaran bagi manusia setelah mereka. Sungguh Allah itu Mahaperkasa dan Maha Penyayang.
Ayat 192-206 menjelaskan Al-Qur’an itu diturunkan Pencipta alam semesta. Dibawa malaikat Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad Saw. agar ia menjadi pemberi peringatan. Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang fasih dan telah disebutkan dalam kitab-kitab sebelumnya. Apakah tidak cukup sebagai bukti bagi kaum kafir itu bahwa ulama Bani Israil mengetahui Al-Qur’an itu. Sekiranya Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa non-Arab, mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Demkian Allah masukkan sifat ingkar ke dalam hati para pembangkang sehingga mereka tidak bisa menerima kebenaran. Sebaliknya, mereka meminta azab yang dijanjikan Allah dipercepat. Bagaimana sekiranya Allah berikan kenikmatan kepada mereka beberapa tahun, kemudian datanglah azab yang dijanjikan itu?
Ayat 207-227 surah Asy-Syu’ara ini meneruskan penjelasan ayat sebelumnya terkait orang-orang yang kafir kepada Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw. Mereka itu tidak akan lolos dari azab Allah. Allah tidak binasakan suatu kaum kecuali setelah diutus kepada mereka rasul-Nya. Rasul Saw. diperintahkan berdakwah agar manusia tidak menyekutukan Allah. Kemusyrikan itu akan menyebabkan azab Allah turun seperti yang dialami oleh umat-umat sebelumnya.
Allah perintahkan Rasul saw. berdakwah kepada keluarga yang terdekat, setelah itu kepada masyarakat Arab dan kemudian ke seluruh dunia. Beliau juga diperintahkan agar merendahkan hati kepada para pengikutnya kaum mukmin, tawakal pada Allah, merasakan pengawasan-Nya, menjelaskan setan itu mudah menguasai orang-orang pendusta, para penyair yang menyimpang yang suka mengembara di setiap lembah dan suka mengatakan perkara yang tidak mereka lakukan. Kecuali para penyair beriman, beramal saleh, mengingat Allah yang banyak dan mereka menang setelah dizalimi. Orang-orang zalim itu akan mengetahui tempat kembali mereka.