Ismail Ismail Kita

Ismail Ismail Kita

Assalaamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh,
Sebenarnya apa yang ingin saya tulis ini sudah lama dalam benak saya namun saya tak pernah berani untuk menuliskannya, semata mata karena saya hingga sampai ini belum pernah mengalami dan sekaligus tidak pernah benar benar yakin apakah bisa menjalaninya atau tidak.

Namun setelah berpikir agak lama, dan setelah merenungkan apa yang diucapkan oleh Syaikh Abdullah Azzam dalam bukunya Fii Tarbiyah wa Jihadiyah wal Bina’ maka saya beranikan diri untuk menulis dalam pesannya Abdullah azzam mengatakan bahwa kewajiban kita ada dua yaitu mengamalkan dan menyampaikan, faridah ‘amal dan faridah tahridl .. nah meskipun saya belum mengamalkan apa yang saya akan sampaikan ini, minimal saya sudah menyampaikan faridah (kewajiban) kedua yaitu faridah tahridh (menyampaikan) kepada rekan semuanya

Baiklah saya mulai, saya mengantarkan kawan saya suami istri yang pergi ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji, ketika menutup pintu pagar, dan naik ke taxi, istri kawan saya tak kuasa menahan tangis, dan meledaklah tangisnya, peyebabnya dia sedih meninggalkan anaknya yang baru berumur 14 bulan di rumah yang hanya dijaga oleh pembantu, ibu, saya dan istri saya.

Saya yang duduk di jok depan taxi hanya bisa ikut terenyuh mendengar isak tangisnya, hingga saya dengar suaminya berkata, “sudahlah, kita ini masih beruntung bisa meninggalkan anak kita dalam keadaan cukup, ada Mbak Lastri, ada Hilal dan istrinya, juga ada Ibumu, lagian dirumah ada kulkas, televisi dan segala macam kebutuhan anak kita, bandingkan dengan Ibrahim yang harus meninggalkan istri dan anaknya dilembah yang tandus, tanpa perbekalan apa apa, jauh sekali. Dan lagi kita ini sungguh telah diberi kemudahan oleh Allah untuk mengunjungi baitullah, semuanya dilancarkan, saya saja seperti mimpi menjalani ini semua, kamu jangan sedih ” dan seterusnya …

Sepanjang perjalanan saya merenungi kata kata kawan saya tersebut, membandingkan diri kita dengan Ibrahim ‘alaihissalaam rasanya memang belum ada apa apanya, seringkali kita merasa begitu berat meninggalkan atau berpisah orang orang yang kita cintai ..

Menjelang ‘Iedul Qurban besok satu hal lagi yang patut kita renungkan apa yang telah dilakukan oleh Ibrahim dahulu … bertahun tahun ia tidak memiliki keturunan, bisa dibayangkan bagaimana rasanya keluarga yang dibangun bertahun tahun namun buah hati tak juga kunjung datang, hingga kemudian ketika Allah berkehendak untuk memberikan keturunan, lahirlah Ismail, tentu kita bisa membayangkan kebahagiaan Ibrahim saat itu, namun kebahagiaan itu harus diuji lagi, maka Allah menyuruh Ibrahim untuk mengasingkan anak yang dicintainya itu bersama istrinya ke sebuah lembah yang jauh dan tandus, subhanallah, bisakah anda membayangkan harus meninggalkan istri atau suami anda tersayang, juga anak anak anda yang anda impikan dan masih bayi itu berpisah dari anda ? coba bayangkan sekarang !!!!

Saya yakin mungkin kita akan sedih atau menitikkan air mata membayangkan orang yang paling kita kasihi harus kita tinggalkan sendirian …

Beberapa tahun kemudian, ketika Ibrahim mendapat kesempatan untuk mengunjungi anak istrinya, dilihatnya ismail sudah menjadi seorang anak yang gagah, betapa bahagianya ayah yang bertahun tahun tak menjumpai anaknya dan ketika telah berjumpa anaknya telah besar dan gagah ?
namun Allah tak membiarkan kecintaan ayah pada anak itu berlebihan, maka Allah berkehendak untuk menguji cinta Ibrahim padaNya, disuruhnya Ibrahim menyembelih anaknya yang dicintainya itu …. bayangkan .. coba anda bayangkan anda menyembelih orang yang paling anda cintai !!!, atau bayangkan orang yang paling anda cintai dirampok, dibunuh, disiksa oleh penjahat !!!

Innalillaahi wa inna ‘ilaihi rooji’un .. saya sendiri terus terang tak pernah sanggup membayangkannya, ketika saya mengantar anak teman saya untuk opname di rumah sakit beberapa hari yang lalu, saya sungguh tak tega melihatnya meronta ronta menangis ketika akan diinfus tangannya … apalagi membayangkan orang yang saya cintai disembelih … sungguh tak

Amaliyah
Logo