Tata Cara Shalat
Berikut ini tata cara shalat sebagaimana yang dituntunkan menurut himpunan putusan tarjih:
Niat ikhlas karena Allah
Kewajiban berniat sebelum shalat ini disandarkan pada firman Allah berikut ini:
“Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas kepada-Nya…” (QS. Al-Bayyinah/98: 5)
Untuk niat ada yang berpendapat bahwa niat tidak dilafalkan hanya didalam hati saja. Sebagian berpendapat niat perlu dilafalkan dalam hati.
Tata Cara Shalat Subuh: Jumlah Raka’at &Bacaan Niat Shalat Shubuh
Shalat subuh merupakan shalat yang jumlah raka’atnya paling sedikit yaitu hanya ada 2 (dua) raka’at dalam shalat subuh, dengan mengeraskan bacaannya dikedua raka’at tersebut dan duduk tasyahhud satu kali pada raka’at terakhir. Adapun niat shalat shubuh arab, latin dan artinya adalah sebagai berikut:
اُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhos shubhi rok’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aalaa
Aku berniat shalat fardu Shubuh dua raka’at menghadap kiblat karena Allah Ta’ala
Tata Cara Shalat Zhuhur: Jumlah Rakaat & Bacaan Niat Shalat Dzuhur
Shalat dzhuhur adalah shalat yang dilaksanakan pada saat tergelincirnya matahari. Adapun jumlah rakaat shalat zhuhur adalah 4 (empat) rakaat, dengan memelankan bacaannya dan dengan duduk tasyahhud dua kali duduk tasyahhud. Dan berikut adalah bacaan niat shalat dzuhur 4 rakaat bahasa arab, latin dan artinya lengkap.
اُصَلّى فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhozh-zhuhri arba’a roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aalaa
Aku berniat shalat fardu Dhuhur empat raka’at menghadap kiblat karena Allah Ta’ala
Tata Cara Shalat Ashar : Jumlah Rakaat & Bacaan Niat Shalat ‘Ashar
Jumlah rakaat shalat asyar sama seperti shalat dzuhur yakni 4 (empat) rakaat, dengan memelankan bacaannya dan dengan duduk tasyahhud dua kali duduk tasyahhud. Berikut adalah lafadz niat shalat asyar 4 rakaat dalam bahasa arab, latin lengkap artinya:
اُصَلّى فَرْضَ الْعَصْرِاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ‘ashri arba’a roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aalaa
Aku berniat shalat fardu ‘Ashar empat raka’at menghadap kiblat karena Allah Ta’ala
Tata Cara Shalat Maghrib: Jumlah Raka’at & Bacaan Niat Shalat Maghrib
Ada 3 (tiga) raka’at dalam shalat maghrib, dengan mengeraskan bacaannya pada dua raka’at yang pertama dan memelankan bacaannya pada raka’at ke tiga atau raka’at terakhir, serta duduk tasyahud pada raka’at yang kedua dan ketiga. Dan berikut adalah lafadz niat shalat maghrib lengkap bahasa arab, latin dan artinya:
اُصَلّى فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol maghribi tsalaatsa roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aala
Aku berniat shalat fardu Maghrib tiga raka’at menghadap kiblat karena Allah Ta’ala
Tata Cara Shalat Isya: Jumlah Raka’at & Bacaan Niat Shalat ‘Isya
Sama seperti shalat dzuhur dan asyar, yakni jumlah raka’atnya ada 4 namun berbeda bacaannya. Jika dalam shalat dzuhur dan asyar memelankan bacaannya, maka pada shalat isya harus mengeraskan bacaannya pada kedua raka’at yang pertama dan memelankan bacaannya pada kedua raka’at yang lain (dua raka’at terakhir), serta duduk tasyahud dua kali disetiap dua rakaat. Untuk bacaan niat shalat isya 4 raka’atadalah sebagai berikut lengkap dengan lafadz bahasa arab, latin dan artinya:
اُصَلّى فَرْضَ الْعِشَاءِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushollii fardhol ‘isyaa-i arba’a roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aalaa
Aku berniat shalat fardu ‘Isya empat raka’at menghadap kiblat karena Allah Ta’ala
Berdiri menghadap kiblat
Dari Abu Humaid As-Sa’idi “Rasulullah saw. jika shalat ia menghadap ke kiblat dan mengangkat kedua belah tangannya dengan membaca Allahu Akbar.” HR. Ibnu Majjah (Iqamatus Shalat: 795)
Arah kiblat ditentukan ketika Muhammad dan sahabat hijrah ke Medinah. Di situ banyak bangsa Yahudi mempunyai pengaruh besar di bidang pemerintahan, ekonomi dan sosial budaya. Mereka juga sangat fanatik beragama. Setiap hari mereka sembahyang dengan kiblat ke Yerusalem. Karena berada di negeri orang Muhammad menetapkan kiblat shalat ke Yerusalem. Akhirnya dia berhasil mengusir bangsa Yahudi dari Medinah dengan kekuatan pedang. Dengan alasan mendapat wahyu dari Allah, kiblat shalat yang awalnya ke Yerusalem diganti menjadi ke arah Mekkah karena di sana ada ”Baithollah / Rumah Allah.”
Baithollah sekarang dikenal sebagai “Kaabah dan Batu Hitamnya.” (QS. 2 Al-Baqarah 142-145; 149-150).
Arah Kiblat di Indonesia
Umat Muslim di Indonesia yang ingin melakukan shalat harus menghadap ke barat, karena menurut letak geografis Indonesia diyakini bahwa Mekah atau Kaabah ada di sebelah barat Indonesia. Namun baru-baru ini sebuah ormas Islam yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan sebuah fatwa baru mengenai pergeseran arah kiblat di Indonesia yang semula menghadap ke barat menjadi arah barat laut.
- Mengangkat kedua belah tangan sejurus bahu, serta mensejajarkan ibu jari pada daun telinga sambil membaca: “Allahu Akbar” (ألله أكبر)
Dari Malik bin Huwairits “Bahwasanya Rasulullah saw. apabila takbir ia mengangkat kedua tangannya sampai sejajar pada telinganya, begitu juga bila hendak ruku; dan bila mengangkat kepalanya dari ruku’ lalu mengucapkan:”Sami’allaahu liman hamidah”, ia mengerjakan demikian juga”. HR. Muslim (Al-Shalât: 589)
- Meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di dada.
Berdasarkan hadis dari Wail bin Hujr:
“Lalu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak tangan kirinya, serta pergelangan dan lengannya”. HR. Abu Dawud dalam kitab Sunannya (Al-Shalât: 624), Al-Nasâ’i dalam kitab Sunannya (Al-Iftitah: 879) dan Ahmad (Al-Musnad: 18115).
- Membaca doa iftitah:
أللَّهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
Alloohu akbar kabiirow walhamdu lillaahi katsiirow wasubhaanalloohi bukrotaw wa-ashiilaa
Alloh Maha Besar dengan segala kebesarannya. Segala puji bagi Allah yang tak terkira dan Maha Suci Alloh dipagi dan petang hari (HR. An-Nasa’iy II/125)
Dapat dilanjutkan dengan
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَموَاتِ وَاْلأَرْضِ حَنِيْفًا وَمَا اَنَا مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبّ اْلعَالمَيْنَ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا اَوَّلُ اْلمُسْلِمِيْنَ (مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ).
Wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardho hanifam wamaa ana minal musyrikiin, inna sholaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin, laa syariikalahuu wabidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimiin/minal muslimiin
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menjadikan semua langit dan bumi dengan tulus hati dan menyerahkan diri, dan aku bukanlah golongan orang-orang yang musyrik. Sesungguihnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Tuhan yang menguasai semua alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan demikian aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang muslim.”
Untuk versi panjangnya dilanjutkan dengan membaca
اللّهُمَّ اَنْتَ اْلمَلِكُ لاَإِلهَ اِلاَّ اَنْتَ, اَنْتَ رَبِّبىْ وَاَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعًا, لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ. وَاهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ اْلأَخْلاَقِ لاَيَهْدِي لِأَحْسَنِهَا اِلاَّ اَنْتَ, وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا اِلاَّ اَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَاْلخَيْرُ كُلُّهُ فىِ يَدَيْكَ وَالشَّرُ لَيْسَ اِلَيْكَ اَنَا بِكَ وَاِلَيْكَ, تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ
Alloohumma antal maliku laa ilaaha illaa anta, anta robbii wa ana ‘abduka, zholamtu nafsii wa’taroftu bidzambii faghfilii, faghfirlii dzunuubii jamii’aa, laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, wahdinii li-ahsanil akhlaaqi laa yahdii li-ahsanihaa illaa anta, washrif ‘annii sayyi-ahaa, laa yashrifu ‘annii sayyi-ahaa illaa anta, labbaika wasa’daika, wal khoiru kulluhuu fii yadaika, wasy-syarru laisa ilaika, ana bika wa ilaika, tabaarokta wata’aalaita, astaghfiruka wa atuubu ilaika.
“Ya Allah, Engkaulah raja. Tidak ada yang layak disembah melainkan Engkau, Engkaulah Tuhanku dan aku ini hamba-Mu. Aku telah berbuat aniaya terhadap diriku dan mengakui dosaku. Maka ampunilah dosaku semua, tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan Engkau. Dan berilah petunjuk kepadaku kearah budi pekerti yang baik, tidak ada yang dapat memberi petunjuk ke arah budi pekerti yang baik kecuali Engkau. Dan jauhkanlah dari padaku kelakuan yang jahat, tidak ada yang dapat menjauhkannya dariku melainkan Engkau. Aku junjung dan patuhi perintahMu, sedang semua semua kebaikan itu berada di tangan-Mu, dan kejahatan itu tidak kepadaMu, aku senantiasa dengan Engkau dan kembali kepadaMu. Engkaulah yang Maha Memberkati dan Maha Tinggi. Aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu”.
Berdasarkan hadis Ali r.a:
“Bahwasanya Rasulullah saw. apabila berdiri memulai shalat, beliau membaca:”Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardla haniifan musliman wa maa ana-minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiin. Laasyariikalah wa bidzaalika umirtu wa ana- awwalul muslimiin (minal muslimiin). Allaahumma antal maliku laa ilaaha illaa anta, anta rabbii wa ana- ‘abduka, dhalamtu nafsii wa’taraftu bidzambii faghfirlii dzunuubii jamii‘an. Laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, wahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdii li ahsanihaa illaa anta”. Wasyrif ‘annii sayyiahaa laa yasyrifu ‘annii sayyiahaa illaa anta. Labbaika wa sa’daika, wasysyurru laisa ilaika, Ana-bika wa ilaika Tabaarakta wa ta’aalaita astaghfiruka wa atuubu ilaika”. HR. Muslim (Shalaatul Mushafir wa Qashruha: 1290)
Atau membaca:
الَّلهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ اْلمَشْرِقِ وَاْلمَغْرِبِ اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اَللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِاْلماَءِ وَالثَّلْجِ وَاْلبَرَدِ
Alloohumma baa’id bainii wa baina khothooyaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib, alloohumma naqqinii minal khothooyaa kamaa yunaqqots-tsaubul abyadhu minad danas, alloohummaghsil khothooyaaya bilmaa-i wats-tsalji wal barod
“Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku, sebagaimana kau telah jauhkan antara Timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dri kotoran. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku dengan air, air bersih, salju dan embun”.
Berasarkan hadis dari Abu Hurairah:
“Adalah Rasulullah saw. ia diam sejenak antara takbir dan bacaan, .aku bertanya, demi bapakku dan ibuku; wahai Rasulullah engkau berhenti sejenak antara takbir dan bacaan, apa yang engkau baca antara takbir dan bacaan?. Beliau menjawab; aku membaca: “Allaahumma baa’id bainii wa baina khathaayaaya kama-baa‘adta bainal masyriqi wal maghrib. Allaahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Allaahummaghsil khthaayaaya bilmaaI wats tsalji wal barad”. HR. Muslim (Al-Shalât: 589)
- Membaca ta’awudz
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَجِيْمِ
A’uudzu billaahi minasy-syaithoonirrojiim
“Aku berlindung kepada Allah, dari (godaan) syetan yang terkutuk”
Berdasarkan hadis Ibnu Mundzir:
“Bahwasanya sebelum membaca Qur’an (al-fatihah dan surah dalam shalat) beliau berdoa: “A’uudzubillaahi minasy syaithaanirrajiim”. Nailul Authar Juz III, hlm. 323
- Membaca basmalah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bismillaahirrohmaanirrohiim
“Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Berdasarkan hadis Nu’aim Mujmir:
“Saya shalat di belakang Abu Hurairah r.a. maka ia membaca “Bismillaahi-ar-rahmaan ar-rahiim” lalu membaca induk Qur’an (surat fatihah) sehingga tatkala sampai pada ,”waladldlaalliin” beliau membaca “Aamiin” dan orang-orangpun sama-sama membaca “aamiin”. begitu juga tiap-tiap hendak sujud, mengucapkan “Allaahu Akbar”, dan bila berdiri dari duduk dalam raka’at kedua beliau mengucapkan: ”Allaahu akbar”. Setelah bersalam beliau berkata:”Demi yang menguasai diriku, sungguh shalatku yang paling menyerupai dengan shalatnya Rasulullah saw”. HR. Al-Nasâ’i (Al-Iftitah: 895)
Basmalah dapat dibaca dengan jahr (keras) sebagaimana hadis Nu’aim al Mujmir, juga dapat dibaca dengan sir (tidak dikeraskan)
- Membaca surat al-Fatihah kemudian membaca amin
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ .اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ .صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Alhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin, arrohmaanirrohiim, maaliki yaumiddiin, iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin, ihdinash shiroothol mustaqiim, shirootolladziina an’amta ‘alaihim, ghoiril maghdhuubi ‘alaihim waladh-dhoolliin.
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. “Yang menguasai di Hari Pembalasan”. “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”. “Tunjukilah kami jalan yang lurus”, “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah:
“Bahwasanya Rasulullah saw.: “Apabila salah seorang di antaramu membaca “aamiin” sedang malaikat di langitpun membaca “aamiin” pula, dan bersamaan keduanya, maka diampunilah ia dari dosanya yang sudah lalu”. HR. Bukhari (Al-Adzan: 739) dan Muslim (Al-Shalât: 619, 620).
- Membaca salah satu surat/ayat dari al-Qur’an, dengan memperhatikan artinya dan membacanya dengan perlahan.
Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah:
“Apabila kamu menjalankan shalat bertakbirlah, lalu membaca sekedar yang kamu mampu dari al Qur’an, lalu ruku’ sehingga tenang, (thuma’ninah), terus berdiri sampai lurus, kemudian sujud sehingga tenang, kemudian duduklah sampai tenang, lalu sujud lagi sehingga tenang pula; kemudian lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”. HR. Bukhari (Al-Adzan: 751) dan Muslim (Al-Shalât: 602)
Mengangkat kedua belah tangan seperti dalam takbir permulaan, untuk melakukan ruku’ . Saat ruku’, punggung sejajar dengan leher, dan kedua tangan memegang lutut
Berdasarkan hadits dari Humaid Sa’idi ra:
“Saya lebih cermat (hafal) dari padamu tentang shalat Rasulullah saw. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya dan apabila ruku’ meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap tulang-tulang punggungnya seperti semula; lalu apabila sujud, ia letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung jari-jari kakinya dihadapkan ke arah qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at yang terakhir ia majukkan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya”. HR. Bukhari (Al-Adzan: 785)
Kemudian membaca doa:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ
Subhaanakalloohumma wabihamdikalloohummaghfirlii
“Maha suci Engkau, ya Allah, Tuhan kami dan aku memuji-Mu, ya Allah, ampunilah aku”.
Berdasarkan hadis dari ‘Aisyah ra:
“Bahwasanya Rasulullah saw. dalam ruku’ dan sujudnya beliau mengucapkan; subhaanakallaa-hummaa rabbanaa wa bihamdikallaa hummagh firlii“.(HR Bukhari (al Adzan: 752)
Atau membaca;
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ اْلمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ
Subbuuhun qudduusur robbul malaa-ikati warruuh
“Maha Suci, Maha Qudus, Tuhan sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril)”.
Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah:
“Bahwasanya Rasulullah saw. Dalam ruku’ dan sujudnya membaca “subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati war ruuh”. HR. Muslim (Al-Shalât: 752)
Atau membaca doa:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ، سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ، سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ
Subhaana robbiyal ‘azhiim, subhaana robbiyal ‘azhiim, subhaana robbiyal ‘azhiim
“Maha suci Tuhanku yang Maha Agung 3x.
Berdasarkan hadis dari Hudzaifah:
“Ia shalat bersama Rasulullah saw.; maka dalam ruku’nya beliau membaca: “Subhaana rabbaiyal ‘adhiim”, dan dalam sujudnya beliau membaca “Subhaana rabbiyal ‘a’la.” HR. Tirmidzi (Al-Shalât: 243), Al-Nasâ’i (At-Tathbîq: 1036), Abu Dawud
Bangun dari ruku’, mengangkat kedua belah tangan seperti dalam takbirotul Ihram dengan berdoa:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami’alloohu liman hamidah
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah:
“Bahwa Rasulullah saw. kalau shalat ia bertakbir ketika berdiri, lalu bertakbir ketika ruku’, lalu membaca “sami’allaahu liman hamidah” ketika mengangkat punggungnya (bangun dari ruku’), lalu membaca selagi beliau berdiri “rabbana-walakal hamd”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala hendak mengangkat kepala (duduk antara dua sujud), lalu bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk.” HR. Bukhari (Al-Adzân: 747), Muslim (Al-Shalât: 591)
Setelah berdiri tegak (i’tidal) lalu membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ
“Robbanaa lakal hamdu”
Yaa Tuhan kami, bagi-Mu segala puji
Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah:
“Bahwa Rasulullah saw. kalau shalat ia bertakbir ketika berdiri, lalu bertakbir ketika ruku’, lalu membaca “sami’allaahu liman hamidah” ketika mengangkat punggungnya (bangun dari ruku’), lalu membaca selagi beliau berdiri “rabbana-walakal hamd”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala hendak mengangkat kepala (duduk antara dua sujud), lalu bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk”. HR. Bukhari (Al-Adzân: 747), Muslim (Al-Shalât: 591)
Atau membaca doa;
رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
Robbanaa walakal hamdu hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiih
Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, pujian yang banyak, yang baik yang penuh berkah di dalamnya
Berdasarkan hadits dari Rifa’ah Ibn Rafi’ al Zuraqiy:
“Pada suatu hari kami shalat di belakang Nabi saw. ketika mengangkat kepalanya dari ruku’, Nabi membaca “sami’allaahu liman hamidah”. Seseorang dibelakangnya membaca “Rabbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiih”. setelah selesai, Nabi bertanya,”Siapa yang membaca (Rabbana-…)?. Seseorang menjawab, “Saya”. Nabi bersabda,”Aku melihat lebih dari 30 Malaikat saling mendahului untuk menuliskannya pertama kali.” (HR. Bukhari (al Adzaan: 757).
Atau membaca doa;
رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ مِلْءُ السَّموَاتِ وَمِلْءُ اْلأَرْضِ وَمِلْءُ مَاشِئْتَ مِنْ شَئٍ بَعْدُ
Robbanaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wamil-ul ardhi wamil-umaa syi`ta min syai-im ba’du
“Ya Tuhan kami, hanya bagi Engkau segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki dari sesuatu apapun”.
Berdasarkan hadits dari Ibnu Abi Aufa:
“Bahwasanya Rasulullah saw. bila menaikan punggungnya bangkit dari ruku’ membaca:”sami’allaahu liman hamidah, Allaahumma rabbanaa lakal hamdu mil us samaawaati wa mil ul ardli wa mil u maasyi’ta min syai in ba’du”. HR. Muslim (Al-Shalât: 733)
Bertakbir untuk sujud dengan meletakkan kedua lutut dan jari kaki di atas tanah, lalu kedua tangan, kemudian dahi dan hidung. Dengan menghadapkan ujung jari kaki ke arah kiblat serta merenggangkan tangan dari lambung dengan mengangkat kedua siku, lalu membaca doa.
Ketika bersujud meletakkan lutut terlebih dahulu baru kedua tangan sebagaimana hadis dari Wail Bin Hujr berikut:
“Aku melihat Rasulullah saw. Bila bersujud meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya dan kalau berdiri mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya”. HR. Al-Nasâ’i (At-Tabîq: 1077), Tirmidzi (Al-Shalât: 248), Abu Dawud (Al-Shalât: 713)
Ketika bersujud harus bertumpu pada tujuh buah tulang sebagaimana hadis dari Ibnu ‘Abbas ra.:
“Bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: “Aku diperintah supaya bersujud di atas tujuh tulang: dahi-seraya menunjuk pada hidungnya-di atas dua belah tangan, kedua lutut dan di atas kedua ujung kaki”. HR. Bukhari (al-Adzan: 770), Muslim (Al-Shalât: 758)
Ketika bersujud harus merenggangkan siku dari lambung dan mengarahkan ujung kaki ke arah kiblat sebagaimana hadis dari Abu Humaid al Sa’idi berikut:
“Saya lebih cermat (hafal) dari padamu tentang shalat Rasulullah saw. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya dan apabila ruku’ meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap tulang-tulang punggungnya seperti semula; lalu apabila sujud, ia letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung jari-jari kakinya dihadapkan ke arah qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at yang terakhir ia majukkan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya”. (HR. Bukhari (al-Adzan: 785)
Ketika merenggangkan antara siku dan lambung dikisahkan sampai ketiak Rasulullah terlihat berwarna puti sebagaimana hadis dari ‘Abdullah bin Malik bin Buhainah berikut:
“Bahwasanya Nabi saw. Jika shalat merenggangkan antara kedua tangannya sehingga kelihatan putih ketiaknya”. HR. Bukhari (al-Adzân: 377), Muslim (Ash-Shalât: 764)
Adapun doa yang dibaca adalah:
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ
subhaanakalloohumma rabbanaa wa bihamdikalloohummaghfirlii”.
Berdasarkan hadis dari ‘Aisyah ra.:
“Bahwasanya Rasulullah saw. dan sujudnya beliau mengucapkan; subhaanakalloohumma rabbanaa wa bihamdikalloohummaghfirlii”. (HR. Bukhari (al Adzan: 752)
Atau membaca doa berikut;
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى ,سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى ,سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى
Subhaana robbiyal a’laa, subhaana robbiyal a’laa, subhaana robbiyal a’laa
Berdasarkan hadis dari Hudzaifah:
“Bahwasanya ia shalat bersama Rasulullah saw.; maka dalam rku’nya beliau membaca:”Subhaana rabbaiyal ‘adhiim”, dan dalam sujudnya beliau membaca “Subhaana robbiyal ‘a’laa.” HR. Bukhari (al-Adzân: 377), Muslim (Ash-Shalât: 764)
Atau doa berikut;
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ اْلمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ
Subbuuhun qudduusur robbul malaa-ikati warruuh
“Maha Suci, Maha Qudus, Tuhan sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril)”.
Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah:
“Bahwa Rasulullah saw. dalam ruku’ dan sujudnya membaca: “subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati war ruuh”. HR. Muslim (Al-Shalât: 752), Al-Nasâ’i (At-Tathbîq: 1038,1122)
Bangun dari sujud dengan bertakbir dan duduk diantara 2 sujud dengan posisi kaki sesuai gambar (iftirasy) lalu berdoa:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ
Alloohummaghfirlii warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii
Ya Allah ampunilah (dosa)ku, sayangilah aku, tamballah kekuranganku, berilah aku petunjuk dan anugrahilah aku rizki
Berdasarkan hadis dari Ibnu ‘Abbas:
“Bahwasanya Nabi saw. Di antara kedua sujud mengucapkan: “Allahummaghfirlii warhamni wajburni wahdinii warzuqni”. HR. Timidzi (Al- Shalât: 262).
Atau versi lebih panjangnya
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي
Rabbigh-fir lii, war hamnii, waj-bur nii, war-fa’-nii, wah-di-nii, wa ‘aafi-nii, war-zuq-nii
Wahai Tuhan ampunilah dosaku, Sayangilah aku,Tutupilah kekuranganku,Tinggikanlah derajatku, Berilah aku rezeki, Berilah aku petunjuk, Berilah aku kesehatan, Aku mohon agar kesalahan ku dihapus dari catatan
Sujud kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca doa seperti doa pada sujud pertama, kemudian mengangkat kepala dengan bertakbir.
Duduk sejenak, kemudian berdiri untuk raka’at yang kedua dengan menekankan tangan pada tanah.
Berdasarkan hadis riwayat Bukhari berikut:
“Apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua, duduk dan menekan pada tanah, lalu berdiri” HR. Bukhari (al-Adzân: 781).
RAKA’AT KEDUA:
Pada raka’at yang kedua, dikerjakan sama seperti pada raka’at pertama, hanya saja tidak membaca doa “iftitah”
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah:
“Bahwasanya Rasulullah saw. apabila berdiri dari raka’at kedua, beliau tidak diam, melainkan memulai bacaan dengan: “Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin”. HR. Muslim (Al-Masâjid wa al-Mawadli’u al-Shalât: 941)
Setelah selesai dari sujud kedua kalinya pada raka’at yang kedua, kemudian duduk di atas kaki kiri dan menegakkan (menumpukkan) kaki kanan serta meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut. Menjulurkan jari-jari tangan kiri, sedangkan tangan kanan menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari tengah serta mengacungkan jari telunjuk (saat mulai membaca doa) dan menyentuhkan ibu jari pada jari tengah.
Berdasarkan hadits dari Abu Humaid As Sa’idi:
“Saya lebih cermat (hafal) dari padamu tentang shalat Rasulullah saw. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya dan apabila ruku’ meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap tulang-tulang punggungnya seperti semula; lalu apabila sujud, ia letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung jari-jari kakinya dihadapkan ke arah qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at yang terakhir ia majukkan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya”. HR. Bukhari (Al-Adzân: 785)
- Kemudian membaca doa tasyahud awal dan sholawat (tasyahud akhir jika shalat 2 rakaat) :
Membaca Tasyahud Akhir jika shalat 2 rakaat (tasyahud awal dan sholawat)
اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ اَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ، اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWAATUT TOYYIBAATULILLAAH ASSALAAMU’ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUHU ASSALAAMU’ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADIL-LAAHISH-SHOOLIHIINA. ASYHADU ANLAA ILAAHA IL-LALLOOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLAAH. ALLOOHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN. KAMAA SHOL-LAITA ‘ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIMA WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIMA WABAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA BAAROKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIMA WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIMA FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIIDUN
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah. Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya. Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim. Berkatilah ke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
Berdasarkan hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud:
“Tatkala kita shalat di belakang Rasulullah saw. Kami membaca: “Assalaamu ‘alaajibriila wa Miikaai-la. Assalaamu ‘alaa Fulaan wa Fulaan”; maka berpalinglah Rasulullah saw. kepada kami lalu bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Yang Maha Selamat, maka apabila salah seorang dari kamu shalat, hendaklah berdoa: Attahiyyaatu lillaah washalawaatu watthayyibaat, assalaamu alika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. (jika kamu sekalian membaca itu, aka meliputi semua hamba Allah yang shalih, yang ada di langit dan bumi). Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh”. HR. Bukhari (Al-Adzân: 788) dan Muslim (Al-Shalât: 609).
Berdasarkan hadits dari Ka’ab Ibnu ‘Ujrah:
“Bahwasanya Nabi saw. membaca shalawat: “Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shallaita ‘alaa Ibraahiim wa aali Ibraahiim wa baarik ‘alaa Muhammad wa’alaa aali Muhammad kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiim wa aali Ibraahiim innaka hamiidum majiid”. HR. As-Syafi’i dalam Al-Um, Jilid I hlm. 140
Cukup Membaca Tasyahud Awal (tanpa shalawat) jika shalat 3 atau 4 rakaat
اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ اَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ، اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWAATUT TOYYIBAATULILLAAH ASSALAAMU’ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUHU ASSALAAMU’ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADIL-LAAHISH-SHOOLIHIINA. ASYHADU ANLAA ILAAHA IL-LALLOOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLAAH. ALLOOHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah. Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad.
Berikut beberapa bacaan tasyahud alternatif yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat:
Ibnu Mas’ud mengatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku bacaan tasyahud sebagaimana beliau mengajariku surat Al-Quran. Bacaannya:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
ATTAHIYYATU LILLAH, WAS SHALAWAATU WAT THAYYIBAAT, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA IBAADILLAAHIS SHAALIHIIN. ASY-HADU AL-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASY-HADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUH.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa tasyahud berikut,
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
ATTAHIYYATU LILLAH, AS-SHALAWAATUT T-THAYYIBAAT, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA IBAADILLAAHIS SHAALIHIIN. ASY-HADU AL-LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAH, WA ASY-HADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUH.
(HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
Khalifah Umar bin Khatab pernah berkhutbah mengajarkan tasyahud berikut,
التَّحِيَّاتُ للهِ، الزَّاكِيَاتُ للهِ، الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ للهِ؛ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ. السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
ATTAHIYYATU LILLAH, AZ-ZAAKIYAATU LILLAH, AT-THAYYIBAATUS SHALAWAATU LILLAAH. ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAHI. ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA IBAADILLAAHIS SHAALIHIIN. ASY-HADU AL-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASY-HADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUH.
(HR. Malik dalam Al-Muwatha’, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, dan dishahihkan Al-Albani)
Dari Abu Musa, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian duduk tasyahud, pertama yang hendaknya dia baca:
التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
ATTAHIYYATUT THAYYIBAATUS SHALAWAATU LILLAH, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA IBAADILLAAHIS SHAALIHIIN. ASY-HADU AL-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASY-HADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUH.
Dari Al-Qosim bin Muhammad, bahwa A’isyah mengajari beliau lafadz tasyahud,
التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
ATTAHIYYATUT THAYYIBAATUS SHALAWAATUZ ZAAKIYAATU LILLAH, ASSALAAMU ‘ALA’ NABIY WA RAHMATULLAH. ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA IBAADILLAAHIS SHAALIHIIN. ASY-HADU AL-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASY-HADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUH.
(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushanaf dan dishahihkan Al-Albani)
Selesai membaca doa tasyahud awal dan sholawat, lalu opsional membaca doa pilihan yang disukai.
Misalnya:
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolonglah aku untuk (selalu) ingat kepadaMu, bersyukur kepada-Mu dan bagusnya ibadah kepada-Mu”.
Atau
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, aku sudah banyak menganiaya diriku, dan tiada yang dapat mengampuni dosa, selain Engkau. Maka ampunilah aku dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Bila shalatnya dua raka’at, pada raka’at kedua duduk tahiyyat akhir (tawarruk), dan setelah membaca doa tasyahud dan shalawat, lalu berdoa memohon perlindungan dengan membaca doa:
اللَّهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ اْلمَحْيَا وَاْلمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka jahanam, dari adzab kubur, dari fitnah (malapetaka) kehidupan dan kematian dsn dsri fitnah (cobaan) al masih ad Dajjal”.
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah:
“Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang daripadamu bertasyahud, hendaklah minta perlindungan kepada Allah dari empat perkara; (1) dari siksa jahannam, (2) siksa kubur, (3) fitnah hidup dan mati dan (4) fitnah dajjal (pendusta keliaran)”. HR. Muslim (Al-Masâjid wa-Mawadli’us Shalât: 924)
Hadits dari Sa’id bin Manshur dan Abu Bakar ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih sampai kepada abu al Ahwash berkata, berkata Abdullah:
“Supaya orang itu membaca tasyahud (dalam shalatnya), lalu membaca shalawat kepada Nabi saw. kemudian berdoa untuk dirinya”. HR. Hakim dalam al-Mustadrak, Baihaqi, sebagaimana juga terdapat dalam kitab Fathu al Barri, Jilid III, hlm. 238.
Bila shalatnya dua raka’at maka setelah doa langsung menuju langkah 26 atau salam, jika rakaatnya 3 atau 4 segera berdiri kembali untuk melaksanakan rakaat ke 3
RAKA’AT KETIGA / KEEMPAT:
Kemudian berdiri untuk raka’at yang ketiga bila sedang mengerjakan shalat tiga atau empat raka’at, dengan bertakbir mengangkat tangan seperti takbirotul ihram.
Berdasarkan hadis dari Ibnu ‘Umar:
“Bahwasanya Rasulullah saw. apabila berdiri dari raka’at yang kedua, bertakbir dan mengangkat kedua tangannya”. HR. Abu Dawud (Al-Shalât: 634)
Pada raka’at yang ketiga atau keempat hanya membaca al-Fatihah saja (tidak membaca iftitah, Surat atau ayat al-Qur’an).
Berdasarkan hadis dari Abu Qatadah:
“Bahwa Nabi saw. dalam shalat Dhuhur pada kedua raka’at permulaan (raka’at ke 1 dan 2). Membaca induk kitab (fatihah) dan dua surat, serta pada dua raka’at lainnya (raka’at ke 3 dan ke 4) membaca fatihah saja, dan beliau memperdengarkan kepada kami akan bacaan ayat itu, dan pada raka’at ke 1 diperpanjang tidak seperti dalam raka’at ke 2; demikian juga dalam shalat ‘ashar dan shubuh”. HR. Bukhari (Al-Adzan: 734) dan Muslim (Al-Shalât: 685)
Setelah sujud kedua selesai pada raka’at terakhir (ketiga atau keempat), kemudian duduk tawarruk untuk tasyahud akhir dengan memasukkan (memajukan) kaki kiri di bawah kaki kanan, dan menegakkan (menumpukkan) telapak kaki kanan, serta menghadapkan ujung jari-jari ke arah kiblat dan duduk dengan menumpukkan pantat di atas lantai (tanah). Meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut. Menjulurkan jari-jari tangan kiri, sedangkan tangan kanan menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari tengah serta mengacungkan jari telunjuk (saat mulai membaca doa) dan menyentuhkan ibu jari pada jari tengah.
Berdasarkan hadits dari Abu Humaid As Sa’idi:
“Saya lebih cermat (hafal) dari padamu tentang shalat Rasulullah saw. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya dan apabila ruku’ meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap tulang-tulang punggungnya seperti semula; lalu apabila sujud, ia letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung jari-jari kakinya dihadapkan ke arah qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada raka’at yang terakhir ia majukkan kaki kirinya dan menumpukan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya”. HR. Bukhari (Al-Adzân: 785)
Kemudian membaca doa tasyahud dan shalawat (tasyahud akhir) kepada nabi seperti pada doa tasyahud dan sholawat pada shalat dua rakaat. Setelah itu berdoa memohon perlindungan dengan membaca doa seperti sebelumnya
اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ اَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ، اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWAATUT TOYYIBAATULILLAAH ASSALAAMU’ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUHU ASSALAAMU’ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADIL-LAAHISH-SHOOLIHIINA. ASYHADU ANLAA ILAAHA IL-LALLOOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLAAH. ALLOOHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN. KAMAA SHOL-LAITA ‘ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIMA WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIMA WABAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA BAAROKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIMA WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIMA FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIIDUN
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah. Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya. Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim. Berkatilah ke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
Mengucapkan salam dengan berpaling ke kanan sampai pipi kanan terlihat dari belakang dan berpaling ke kiri sampai pipi kiri terlihat pula dari belakang.
Satu, Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WAROHMATULLOOH
Berdasarkan hadits dari Jabir bin Samurah:
Ketika kami shalat bersama Rasulullah saw., kami membaca “Assalamu ’alaikum warahmatullah (ke kanan) Assalamu’alaikum warahmatullah (ke kiri).” HR. Muslim (Amru bi Sukûni fi Shalâti ‘ wa an-Nahyî ‘ani al-Isyarâti bil Yâdin: 998)
Kedua, membaca ke kanan dan ke kiri
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUHU
Berdasarkan hadis dari Wa’il Ibnu Hujr:
“Aku shalat bersama Nabi saw., beliau bersalam ke kanannya dengan membaca: “Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh”. Aunul Ma’bud Jilid II, hlm. 476
Baca artikel terkait: