Hari ke-82: Tadabbur Surah Al-A’raf Ayat 52-67

Hari ke-82: Tadabbur Surah Al-A’raf Ayat 52-67

Ayat 52-57 menjelaskan tiga hal terkait hakikat Al-Qur’an, nasib manusia yang menolak Al-Qur’an dan eksistensi Allah.

  1. Al-Qur’an adallah wahyu Allah yang diturunkan menurut ilmu-Nya sebagai hudan (sistem hidup manusia) dan rahmat bagi kaum yang  beriman dan meyakini kebenrannya.
  2. Orang-orang yang menolak Al-Qur’an menyesal di akhirat karena melihat kebenaran ancaman Allah. Mereka meminta syafaat agar diampuni dosa mereka atau dikembalikan ke dunia. Kedua permintaan tersebut tidak dikabulkan Allah, karena tidak sesuai dengan sistem dan hukum-Nya.
  3. Eksistensi Allah tidak terbantahkan dan dapat dipahami dengan mudah jika manusia mau menggunakan akal untuk memahami Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup dan berbagai pengetahuan terkait ciptaan-Nya di langit dan bumi. Dia menciptakannya dalam enam masa (hari). Kemudian Dia bersinggasana di atas ‘Arsy. Dia menutup malam dengan siang dan begitu sebaliknya. Matahari, bulan dan bintang tunduk pada sistem-Nya. Ciptaan dan perintah hanya milik-Nya. Mahasuci Allah, Pencipta alam semesta. Sebab itu, jangan ragu meminta kepada-Nya kebaikan yang kita inginkan dengan kerendahan hati dan suara lembut. Karena Dia tidak suka orang-orang yang melampau batas, kendati dalam doa dan ibadah. Sebaliknya, sekali-kali jangan menjadi perusak di bumi dan lingku-ngan, karena bumi  ini telah diciptakan-Nya dengan sempurna.

Bukti lain kekuasaan Allah adalah mengirimkan angin sebagai berita gembira bagi manusia. Ketika angin itu membawa awan tebal, lalu Allah giring ke arah tanah yang tandus dan turunkan hujan sehingga dengan hujan itu Allah keluarkan dari bumi berbagai jenis buah-buahan. Seperti itulah Allah mengeluarkan orang mati dari kubur di hari kiamat nanti. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi manusia.

Ayat 58-67 menjelaskan perumpamaan orang yang bisa menerima kebenaran Al-Qur’an dan orang yang menolaknya seperti sebidang tanah. Tanah yang subur akan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang subur dan berkualitas tinggi. Sedangkan tanah yang tandus dan kering kerontang akan menumbuhkan rumput dan pohon yang berduri, kerdil dan jelek. Demikian juga halnya dengan hati manusia. Hati manusia yang subur dengan iman, keyakinan dan ilmu, maka Al-Qur’an akan tumbuh subur dalamnya, pikiran dan dirinya. Namun bagi orang yang hampa hatinya dari keimanan, keyakinan dan ilmu, maka Al-Qur’an sulit tumbuh dalam hati, pikiran dan dirinya. Kalaupun tumbuh, tidak bisa membesar dan berkembang serta senantiasa kerdil dan bahkan layu dan kemudian mati. Yang demikian itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah agar manusia dapat bersyukur.

Para rasul menghadapi kenyataan tersebut. Orang-orang yang hatinya disirami keimanan, keyakinan dan ilmu dengan mudah bisa menerima kebenaran risalah Islam yang datang dari Allah. Namun, bagi mereka yang kering kerontang hatinya karena tidak dapat siraman iman, keyakinan dan ilmu, sangat sulit menerima dan membenarkan ajaran para Rasul Allah tersebut. Yang mengherankan ialah, orang yang hati mereka kering dari iman, keyakinan dan ilmu itu bukan hanya tidak mau menerima ajaran para Rasul Allah, melainkan menuduh mereka sesat seperti yang dituduhkan kepada Nabi Nuh. Karena begitu dahsyatnya perlawanan mereka kepa Nabi Nu, Allah musnahkan mereka dengan bencana banjir besar.

Nabi Hud juga dituduh para elite dan pembesar kaumnya, yaitu Ad, bodoh dan pembohong. Padahal, berbagai bukti sudah jelas bahwa beliau adalah Rasul Tuhan Pencipta Alam semesta. Namun, mereka tidak membangkang kepada Nabi Hud.

Tafsir

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Amaliyah
Logo