Hari ke-83: Tadabbur Surah Al-A’raf Ayat 68-81

Hari ke-83: Tadabbur Surah Al-A’raf Ayat 68-81

Ayat 68-72 masih meneruskan fakta yang dihadapi oleh Nabi Hud yang Allah utus bagi kaum Ad. Persoalan yang mereka hadapi sama dengan yang dihadapi kaum Nuh sebelum mereka. Hati yang kering dari siraman iman, keyakinan dan ilmu sehingga mereka sulit sekali menerima dakwah Nabi Hud untuk menyembah Allah saja dan meninggalkan perbuatan syirik dan tradisi beragama ala nenek moyang itu, kendati Nabi Hud sudah menyampaikan dakwah secara maksimal dan amanah.

Sesungguhnya banyak bukti konkret yang menyebabkan mereka mudah menerima dakwah Nabi Hud tersebut. Di antaranya, Hud adalah dari kaum mereka sendiri, memakai bahasa mereka juga, mereka adalah pelanjut generasi kaum Nuh sebelumnya yang dihancurkan Allah dengan banjir besar, fisik mereka diciptakan Allah lebih kuat ketimbang manusia sebelumnya dan berbagai nikmat Allah yang dianugerahkan kepada mereka.

Akibat kedurhakaan dan kemusyrikan mereka itu, Allah murka dan turunkan kepada mereka azab dengan angin sangat dingin dan kencang selama 7 malam 8 hari seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Haqqah ayat 6-8. Mereka semua binasa kecuali orang-orang beriman kepada Hud yang Allah selamatkan.

Ayat 73 menjelaskan kasus yang dihadapi Nabi Shalih yang diutus ke kaum Tsamud. Inti dakwah Nabi Shalih sama dengan Nabi Nuh dan Nabi Hud sebelumnya, yakni mengajak kaumnya menyembah Allah saja dan mengatur kehidupan ini dengan sistem Allah yang diturunkan melalui para Rasul-Nya. Lagi-lagi kasus yang sama berulang kendati pelakuknya berbeda. Mereka menolak ajaran Tauhid dan mempertahankan ajaran syirik dan turunannya. Terakhir, Allah menguji mereka dengan seekor unta betina yang tidak boleh disembelih dan disakiti. Kalau mereka menyakiti atau menyembelihnya, Allah akan turunkan azab yang besar dan menyakitkan kepada mereka.

Ayat 74-79 masih meneruskan kisah Nabi Saleh dan kaumnya yang durhaka. Mereka tidak mau sama sekali mengingat betapa besar dan banyaknya nikmat yang Allah anugerahkan kepada mereka. Mereka adalah penerus generasi kaum Ad sebelumnya yang Allah hancurkan dengan angin kencang. Allah berikan merak tempat tinggal di atas bumi sehingga mereka mampu membangun rumah-rumah besar bagaikan istana dan mengukir gunung-gunung batu menjadi perumahan yang indah.

Mereka bukannya mengingat nikmat Allah yang begitu besar dan banyak, akan tetapi, para elite dan pemuka kaum Tsamud terang-terangan mengatakan kepada Saleh bahwa mereka menolak atau kafir kepada keberadaan Allah. Mereka juga menyembelih unta betina yang dilarang Allah dan bahkan menantang Saleh sambil berkata: Wahai Saleh! Datangkanlah kepada kami azab yang kamu janjikan itu jika kamu benar-benar seorang Rasul? Lalu Allah kirim gempa bumi yang amat dahsyat. Seketika itu juga mereka menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan di rumah-rumah mereka.

Melihat peristiwa itu, sebagai manusia yang menginginkan kebagian bagi kaumnya, Nabi Saleh sedih dan berkata sambil menghindar dari mereka: Wahai kaumku? Aku telah menyampaikan risalah Tuhan Penciptaku pada kalian dan akupun telah menasihati kalian. Namun kalian tidak suka terhadap nasihat yang baik.

Ayat 81 menjelaskan hal yang sama yang dihadapi Nabi Luth. Namun dengan kejahatan dan kedurhakaan yang sedikit berbeda. Namun, muaranya sama, yakni kemusyrikan dan tidak siap mentauhidkan Allah. Kaum Nabi Luth, disamping kerajinan melakukan kemusyrikan, suka melakukan homo seks sehingga menjadi budaya yang amat buruk dan menjijikkan manusia normal. Maksiat seperti itu belum pernah terjadi di zaman sebelum mereka. Mereka tidak mau menikahi perempuan, namun dengan sesama lelaki. Menurut Allah, sebagai Pencipta manusia, perbuatan homoseks dan lesbi itu menginjak-injak sistem-Nya.

Tafsir

 

 

Amaliyah
Logo