Ayat 34 meneruskan ayat sebelumnya bahwa Allah mengabulkan setiap doa hamba-Nya dan nikmat-Nya yang dianugerahkan kepada mereka sungguh tidak terhingga dan tidak mungkin dapat kita hitung jumlah dan harganya.
Ayat 35-41 menjelaskan visi Nabi Ibrahim membangun kota Makkah dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk merealisasikan visi tersebut. Adapun visinya ialah: Menjadi sebuah negeri yang aman dalam semua sisi kehidupan, khususnya dalam menerapkan agama atau sistem Allah. Adapun syaratnya:
- Pemimpin dan rakyatnya menjauhkan diri dari mengabdi kepada berbagai berhala, karena berhala-berhala tersebut adalah sumber kesesatan dan kezaliman.
- Menjalankan dakwah dan keunggulan agama Allah dengan penuh kasih sayang dan tidak boleh ada paksaan. Membangun generasi yang berorientasi kepada Allah dan keridhaan-Nya atau membentuk generasi ahli ibadah.
- Mengembangkan dunia pertanian yang unggul sehingga mencukupi kebutuhan masyarakat dan bahakan sampai ke tingkat ekspor.
- Membangun kekuatan spiritualitas (ruhiyyah) dengan konsep muraqabatullah (Allah sebagai pengontrol utama dalam kehidupan).
- Pandai mensyukuri nikmat Allah, baik keturunan maupun yang lainnya.
- Membentuk generasi ahli ibadah dan cinta berdoa kepada Allah.
- Selalu mendoakan kedua orang tua dan semua kaum Mukmin agar diberi Allah perlindungan pada hari kiamat nanti.
Ayat 42 mengingatkan agar Nabi Muhammad dan umatnya tidak mengira Allah membiarkan orang-orang zalim dan musyrik begitu saja. Mereka akan menyaksikan dahsyatnya kiamat nanti.
Ayat 43 – 51 meneruskan ayat 42 terkait azab yang akan menimpa orang-orang zalim dan musyrik di hari kiamat nanti. Mereka tergesa-gesa sambil menengadah sedangkan pikiran mereka kosong. Saat itu mereka berkata: Ya Allah, tangguhkanlah azab ini barang sejenak sehingga kami menerima seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul-Mu. Lalu Allah berkata: Bukankah saat di dunia kalian bersumpah tidak akan binasa? Kalian mendiami negeri yang telah musnah penduduknya sebelum kalian. Namun kalian tidak juga dapat mengambil pelajaran.
Kaum-kaum yang telah binasakan itu telah membuat makar untuk menghadang azab dan siksaan Allah, namun tidak bermanfaat kendati makar mereka sangat besar seakan mampu memusnahkan gunung-gunung. Sebab itu, jangan mengira Allah akan ingkar janji yang dijanjikan kepada para Rasul-Nya. Sungguh Allah itu Maha Perkasa dan dahsyat pembalasan-Nya.
Pada saat pergantian bumi dan langit dunia menjadi bumi dan langit akhirat, yakni di padang mashyar, semua manusia tampil di hadapan Allah yang Maha Esa lagi Perkasa. Pada hari itu, Nabi Muhammad Saw. akan melihat orang-orang yang membangkang dan kafir kepada-Nya sedang dibelenggu bersama-sama. Pakaian mereka dari kuningan yang dipanaskan api neraka dan wajah mereka dibakar api neraka. Azab yang mereka rasakan itu adalah balasan yang setimpal dari kejahatan dan kekufuran yang mereka lakukan saat hidup di dunia. Sungguh Allah itu amat cepat siksaan-Nya.
Ayat 52 menjelaskan fungsi al-Qur’an, yaitu penjelasan, peringatan dan sumber ilmu bagi manusia terkait menauhidkan (mengesakan) Allah. Hanya ulul albab yang dapat menjadikannya pelajaran.
Sumber: Mushaf Tadabbur, Fathuddin Ja’far