Teman-teman,
Sejumlah warga Islam punya pandangan tersendiri, tentang mencuatnya kasus Al-Qiyadah Al-Islamiyah dengan “Nabi baru” tersebut. Mereka tidak menelan mentah-mentah pemberitaan media, tetapi mencoba mencerna. Ini yang saya simpulkan, setelah mendengar ucapan dan bincang-bincang dengan sejumlah warga komunitas masjid di Depok.
Ada yang mengatakan, kasus munculnya “nabi baru” ini sebetulnya hanyalah skenario pihak-pihak tertentu, yang sengaja dimunculkan untuk “mengetes” reaksi umat Islam. Cara-cara mengetes ini biasa dilakukan untuk menyambut event/peringatan besar tertentu (misalnya, Pemilu nasional, dsb). Semacam “penggalangan” atau “testing the water“, begitulah, sebelum dilakukan aksi-aksi/skenario tertentu…..
Jika umat Islam bereaksi A, maka pihak yang punya kepentingan tertentu ini akan membuat analisa dan lalu melakukan langkah B. Jika umat Islam bereaksi C, maka pihak tertentu ini akan melakukan langkah D, dst.
Itulah sebabnya Ahmad Mushaddeq tampak senyam-senyum dan tenang-tenang saja ketika “menyerahkan diri” ke polisi. Malah polisi yang terkesan ragu-ragu.
Tampaknya Mushaddeq tidak bergerak sendiri, tapi punya backing di belakangnya. Bahkan tampaknya ada sumber dana yang cukup besar di belakang Mushaddeq, bukan cuma dari memperalat pengikut yang ia rekrut.
Sebelum jadi “Nabi baru,” Mushaddeq juga orang biasa-biasa saja, nggak ada keistimewaannya. Itu
dikatakan mertua saya, yang ternyata dulu pernah jadi adik kelas Mushaddeq di sekolah pendidikan olahraga.
Tentu Mushaddeq tidak selevel (dan tidak akan pernah selevel) Nabi Muhammad SAW, yang bahkan ketika belum diangkat jadi nabi pun sudah dihormati orang (kafir) Quraisy dan dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya).
Yah, ini bagaimana pun memang cuma obrolan warga Depok, yang saya dengar di masjid ketika habis sholat maghrib sambil menunggu Isya, beberapa waktu yang lalu. Mau percaya atau tidak, ya terserah.
Satrio Arismunandar, Warga Depok, Jawa Barat