Shalat Gerhana: Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan
Shalat Gerhana adalah shalat yang dikerjakan saat terjadi gerhana matahari (Kusuf) dan atau gerhana bulan (khusuf).
Adapun tata caranya sebagai berikut:
- Shalat gerhana dikerjakan secara berjama’ah sebanyak 2 raka’at dengan empat kali ruku’ dan empat kali sujud.
Niat Shalat Gerhana Matahari adalah sebagai berikut (dilafazkan dalam hati)
اُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushollii sunnatal likusuufisy syamsi rok’ataini ma`muuman lillaahi ta’aalaa
Saya niat melaksanakan shalat gerhana matahari dua roka’at menjadi ma’mum karena Allah Ta’ala
Lafadz niat diatas adalah untuk kita apabila menjadi ma’mum. Tetapi jika menjadi imam maka lafadz MA’MUUMAN diganti menjadi IMAAMAN. Lengkapnya adalah sebagai berikut :
اُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ اِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
USHOLLII SUNNATAl LIKUSUUFISY SYAMSI ROK’ATAINI IMAAMAN LILLAAHI TA’AALA
Saya niat melaksanakan shalat gerhana matahari dua roka’at menjadi imam karena Allah Ta’ala
- Saat shalat akan dimulai, dituntunkan untuk menyerukan “Ashalatu Jami’ah”
Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah:
“Bahwa pernah terjadi gerhana Matahari pada masa Rasulullah saw., maka beliau menyuruh orang menyerukan “Ashalaatul Jaami’ah”, lalu beliau maju dan mengerjakan shalat empat kali ruku’ dalam dua raka’at dan empat kali sujud”. HR. Bukhari (Al-Jumu’ah: 1004) dan Muslim (Al-Kusuf: 1501) dan Nasa’i (Al-Kusuf: 1448)
- Pada raka’at pertama dimulai dengan Takbiratul Ihram, membaca al-Fatihah, dan membaca surat atau ayat al-Qur’an yang panjang dengan suara nyaring. Setelah itu ruku yang lama, kemudian bangkit dari ruku’ dengan membaca sami’allaahu liman hamidah rabbanaa lakal hamd, berdiri kembali, kemudian membaca al-Fatihah dan surat atau ayat al Qur’an. Setelah itu ruku, kemudian bangkit dari ruku’ dengan membaca sami’allaahu liman hamidah rabbanaa lakal hamd, kemudian sujud dua kali.
- Pada raka’at yang kedua dikerjakan sama seperti pada raka’at yang pertama. Setelah sujud yang kedua kalinya kemudian membaca tahiyyat dan salam.
- Setelah shalat, Imam berdiri menyampaikan peringatan dan mengingatkan jama’ah/orang-orang akan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, serta menganjurkan mereka agar memperbanyak doa, istighfar, shadaqah dan segala amalan yang baik lainnya.
Berdasarkan hadis dari ‘Aisyah:
“Pada Masa Nabi saw. pernah terjadi gerhana matahari. Kemudian beliau keluar ke masjid, kemudian bertakbir. Orang-orang pun lalu berbaris (bershaf-shaf) di belakangnya.
Beliau membaca surat yang panjang. Lalu takbir dan ruku’ lama sekali, kemudian mengangkat kepala dan membaca:”Sami’allahu liman hamidah,” kemudian berdiri lagi tidak langsung sujud, dan membaca surat yang panjang tetapi lebih pendek dari bacaan yang pertama, kemudian takbir dan ruku’ yang lama tetapi lebih pendek dari yang, kemudian membaca “sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu” (dan mengangkat kepala untuk berdiri) kemudian sujud.
Pada raka’at yang kedua, beliau kerjakan seperti itu, sehingga seluruhnya empat kali ruku, dan empat kali sujud. Matahari nampak terang sebelum shalat selesai.
Kemudian beliau bangkit berkhutbah menyampaikan puji kepada Allah sebagaimana mestinya, kemudian beliau mengatakan: “Matahari dan bulan, keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang Maha Mulia, terjadinya gerhana bukan disebabkan karena mati dan lahirnya seseorang. Apabila kamu menyaksikan hal itu, maka segeralah shalat”. HR. Bukhari (Al-Jumu’ah: 988), dan Muslim (Al-Kusuf: 1500 , 1499) dan Ahmad (Baqi Musnad al-Anshar: 23432)
Baca artikel berikut: